Welcome to Malia Nafia Rahayu's blog

Blog is the right place for me to share my mind

Thursday, November 14, 2013

Wanita, Makhluk Tuhan Paling Kuat

Pagi berkabut ini sungguh menusuk kulit begitu dalamnya, dinginnya pagi ini sungguh menyejukkan qolbu. Semua mulai sibuk memulai aktivitasnya. Hujan semalam, cuaca dingin, dan jalanan yang becek tak menjadi halangan. Pagi ini Granita akan bercerita tentang kehidupan dan sesosok makhluk Tuhan paling kuat. Granita, seorang teman penulis, yang memiliki banyak impian, selalu terinspirasi untuk terus maju, dan selalu berdoa pada Tuhannya.

 

Sungguh banyak wanita di dunia ini, jangankan dunia, dari 1 kelas saja bisa dipastikan jumlah wanitanya akan lebih banyak dari pada jumlah pria. Namun tak semua wanita sesuci wajahnya, perbedaan kepribadian, watak, dan juga cara berpikir seorang wanita membuatnya menjadi berbeda dengan wanita lain. Inilah hal yang sering menjadi pertimbangan besar seorang pria dalam memilih seorang wanita untuk menjadi teman hidupnya. Satu kata, inner beauty.




Wanita sholihah, satu figur yang menggambarkan inner beauty di dalamnya. Ia selalu menyejukkan hati orang-orang disekitarnya dengan perilaku dan akhlak baiknya. Tak perlu mengumbar make-up yang berlebih, menggunakan minyak wangi yang semerbak yang sama saja apabila menggunakannya seperti berbuat zina, dan tak perlu mengumbar suara lantang nan menggigit di depan khalayak umum. Semuanya biarlah berjalan secara natural. Ia percaya pada doa. Allah selalu bersama orang-orang yang sabar, sabar menanti doanya terkabul, sabar melaksanakan ibadah, sabar menjalani kehidupan yang mungkin berat baginya. Wanita sholihah mampu menghadapi kehidupan yang berat ini.



Malam itu Granita yang sudah lama tidak berkomunikasi dengan ibundanya merasa sangat begitu rindu dan ingin menceritakan kehidupannya dikota kecil ia berada. Granita senang sekali akan kabar yang baru saja ia terima bahwasanya ia dan temannya, Janet, akan melakukan magang/ job training di salah satu perusahaan besar di ibu kota ia berada. Perusahaan yang insya Allah akan baik untuknya saat ini maupun untuk masa depannya. Granita dan Janet  begitu dekat ketika mereka memilih konsentrasi yang sama dan berkomitmen untuk menyelesaikan tugas akhir bersama. Granita dan Janet saling menyemangati.



Di dalam pembicaraannya di telepon itu, Granita mengetahui bagaimana kondisi kesehatan ibundanya yang saat ini cukup mengkhawatirkan, ia juga memberi tahu mengenai kabar baik tentang proses magang dan penelitian yang akan ia jalani, memohon doa restu yang terbaik untuk proses tugas akhirnya, Ibundanya bersyukur pada apa yang akan dijalani oleh anaknya. Segala doa dan pesan dilontarkan oleh sang ibundanya. Tak apa jika ia ingin berkarir di ibu kota itu dan meninggalkan ibundanya di rumah besar tepi ibu kota negara ini sendirian. Ibundanya tak berkeberatan, apapun yang terbaik bagi anaknya dan selama anaknya bahagia, ibundanya tetap bahagia. Baginya tak jadi masalah jika masa tuanya harus ditinggal jauh oleh sang gadis satu-satunya. Granita ingin menangis rasanya, namun ia tak bergumam sedikitpun. Sungguh baik ibundanya. Ia sangat menyayangi ibundanya.



Dalam pembicaraan itu pula, Granita diberikan wawasan tentang kehidupan oleh ibundanya. Terlontar banyak pesan untuk Granita agar kelak ia menjadi wanita yang kuat seperti ibundanya. Seorang wanita memang sosok yang akan merasakan kesakitan, merasakan aniaya, dan merasakan kekalahan karena harus banyak mengalah. Suatu saat nanti tak ada yang tahu bagaimana keadaannya, ketika seorang wanita sudah berumah tangga dan sangat mencintai suaminya, bisa saja ditengah-tengah perjalanan kehidupannya itu terjadi pengkhianatan diantara keduanya. Wanita tak boleh terlalu mencintai prianya begitu dalam, jikalau semua harapannya tidak terjadi maka ia pun akan merasa kesakitan dan kepedihan yang begitu dalam, wanita berperasaan, tidak seperti laki-laki yang berlogika. Jikalau ditengah-tengah kehidupan rumah tangganya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, wanita bisa menuntut prianya karena yang begitu dalam cintanya adalah sang pria. Jikalau semuanya harus kandas, wanita tak akan merasa begitu jatuh, karena ia tak begitu mementingkan cintanya.



Wanita harus selalu bersemangat, mandiri, mampu bersaing dengan para pria agar ia mampu membantu prianya dan mampu mandiri jikalau akan sendiri. Wanita tak boleh menomorsatukan perasaannya. Logikanya pun harus berperan utama. Wanita harus tegar dan bersabar dalam menghadapi naik turunnya keharmonisan kehidupan rumah tangganya, serahkan segalanya pada Allah, berjuang secara lahir dan bathin hingga akhirnya anak-anaknya pun dapat melihat mana yang terbaik, mana yang benar, mana yang bisa mereka jadikan figur untuk kehidupannya di masa depan. Bukan bermaksud untuk menyaingi para lelaki, namun seorang wanita pun harus bisa mandiri tanpa bantuan para pria. Saat ini yang bisa dilakukan hanyalah berdoa, meningkatkan keimanan, dan berhati-hati dalam bertindak agar semuanya bisa berjalan harmonis.



Granita berdiam sejenak mendengarkan nasihat ibundanya. Ia berapi-api untuk semakin menebar benderanya, semakin berapi-api untuk menggapai mimpinya. Ia berjanjia akan membahagiakan ibundanya, memposisikan dirinya bisa sukses seperti kakak laki-lakinya maupun kakak perempuannya. Kini gender tidak lagi menjadi pagar batas yang menghalangi siapa saja untuk bergerak luas. Perempuanpun bisa berdiri tegak layaknya laki-laki hebat. Semuanya Granita dapatkan sebab pelajaran hidup dari keluarganya yang begitu dalam. 



Granita mendapat banyak pelajaran di malam itu
Hujan disertai angin semilir membuat semua orang mengantuk pada malam itu
Pembicaraanpun selesai
Granita terlelap dalam mimpinya ...

Tuesday, November 5, 2013

Senja Kelabu di Mata Rana

Sore itu matahari tak menampakkan keindahannya. Keindahannya tertutup  oleh kabut kelabu yang sangat mengganggu penglihatan orang-orang yang sedang menikmati sore. Kabut kelabu itu datang seperti tak mengerti bahwa banyak ribuan mata yang sedang asyik berjuang melawan jalanan untuk tiba ke tempat mereka masing-masing.

Di sore senja itu, Rana, wanita baik, sempurna, penuh semangat hidup yang tinggi, percaya bahwa segala sesuatu yang ia harapkan akan mungkin terjadi dengan usaha lahir maupun batin, seorang wanita yang kuat; berprestasi; dapat meraih segala target dan keinginan hidupnya, seorang yang suci dan tulus, seorang pekerja keras yang tak kenal lelah untuk memperjuangkan apapun yang ia inginkan; yang ia harapkan, seorang yang selalu memuja laki-laki yang belum pasti namun ada keyakinan kuat di dalam hatinya, seorang yang hanya bisa menatap laki-laki pujaannya dari kejauhan; tak ada sedikitpun ada keinginan untuk mendekati dan memperlihatkan isi hatinya meskipun ia tahu betul bahwa ada rasa yang kuat didalam hatinya untuk lelaki tersebut; ia selalu menjaga kesucian perasaan tersebut agar indah pada waktunya. Rana, sedang meratapi langit senja kelabu ini.

Rana, seorang gadis paruh baya yang pernah merasakan getir manis pahit kehidupannya di luar, tahu betul seperti apa hal-hal baik maupun buruk yang pernah ia lakukan. Rana seorang gadis yang kuat, suatu hari di tahun baru, ia berjanji pada dirinya untuk menjadikan pribadinya yang jauh lebih baik. Ia tinggalkan semua kehidupan kelamnya, ia pupuk kehidupan suci nan kekal kelak disana. Memupuk amalan baik demi mensucikan hati, diri, dan pikiran. 
"Rana keluar dari zona nyamannya..."

Orang-orang yang mengelu-elukannya sama bertanya kemana perginya Rana saat ini, dimana ia berada, apa kabar ia, sudah sejauh apalagi ia melangkah mencoretkan warna-warna baru dalam kertas putih kehidupannya. Ya, semuanya sama-sama merindukan Rana, namun sayang ia telah meninggalkan itu semua. Sudah cukup semua getir kehidupan ia rasakan, baginya, kehidupan duniawinya sudah terpenuhi, saatnya memperbaiki diri untuk surgawinya. Di kehidupan barunya, Rana bertemu kembali dengan pria yang pernah ia kagumi sebelumnya, pria yang sempat menghilang dari benaknya karena kesibukan duniawinya. Lelaki suci yang ia yakini dapat menjaganya dalam urusan dunia maupun akhirotnya.

Hari itu Rana sangat bersemangat, hari ini ia akan bisa menatap pujaannya lebih dekat. Kesempatan datang padanya untuk bisa berada disamping Abrian, seorang pria pujaan Rana yang insya Allah bisa membimbingnya ke surga yang kekal. Namun kesempatan itu tak ia hiraukan, ia sangat menjaga kehati-hatiannya agar segalanya bisa berjalan sesuai dengan syariat yang sesuai. Rana hanya bisa melihat punggung, lengan tangan kiri, dan pipi kirinya. Meski demikian Rana sungguh bersyukur. Ia tak tahu apa yang membuatknya mengagumi pria ini, pria yang banyak dipojokkan oleh orang lain bahkan oleh teman-teman terdekatnya. Baginya, Abrian sangat sempurna. Masalah hati, hanya Tuhan yang dapat membolak-balikkannya.

Di sore itu Rana mendengar cerita dari sahabat dekatnya, yang juga sahabat Abrian, paras Rana yang ceria dan elok bagaikan bunga yang baru dewasa dan semerbak harumnya berubah menjadi langit hitam yang ingin memancarkan kilat besar seakan-akan ingin hujan. Tak ada ketetapan dari Abrian, tak ada kepastian darinya, tak ada keinginan kuat untuk memperjuangkan  perkara hatinya meski Abrian tahu bahwa ia menginginkannya. Banyak pihak menantang, namun ia tak berusaha untuk mencekalnya, berusaha melawannya.
Rana siap mengarungi tantangan, namun Abrian diam di tempat...

Rana yang selalu mengaguminya, mendoakannya dalam setiap doa, mengharapkan yang terbaiklah yang terjadi padanya; lelah.... 
"Tak bisa jika hanya salah satu yang berjuang sendiri..."
Rana yang telah dapat menerima apapun kekurangan Abrian selalu semangat dan bersedia menutupi kekurangan tersebut dengan segala kuasanya tak bisa berbuat lebih, keputusannya sudah bulat. Bertahun-tahun Rana menunggu dan mengharapkannya namun Abrian tak melakukan usaha lebih jauh.

Hati Rana bergejolak, apalagi di sore itu ia melihat Abrian sedang asyik dengan wanita yang baru saja ia kenal. Sangat asyik mereka mengobrol. Hati Rana berkecamuk sungguh hebat. Keputusan Rana semakin bulat, tak ada lagi yang harus diperjuangkan, semua sudah berakhir. Harapan itu mungkin masih ada, tapi hati Rana sudah pecah bagaikan kapal yang karam ditengah samudra yang memuntahkan segala isinya kedalam air biru yang begitu dalam, menelan begitu banyak korban, menghancurkan banyak harapan indah, semua luluh lantak tak berdaya. Rana mengkristalkan segalanya dengan butiran air mata indah yang turun membasahi pipinya. Semuanya isi hatinya ia tumpahkan tak tertahan sedikitpun. 
Rana telah menyerah...

Senja itu telah menjadi saksi buta seperti apa gejolak hatinya...
Rana menjumpai titik terendah dalam hidupnya untuk yang kedua kalinya...

Rana sang gadis sempurna nan elok parasnya, tak berhenti sampai disitu. Ia akan berputar 360 derajat, ia akan lupakan Abrian sekuat kemampuannya, lelaki yang tak bisa menjaga perasaannya, yang tak bisa berjuang meski Rana sudah ingin berjuang, yang tak mampu memberikan kepastian meskipun Rana tak mengharapkan kepastian itu begitu dalam.

Rana bangkit kembali di malam yang sunyi ini...
Matanya berbinar-binar menatap masa depannya, tak ada lagi kata-kata ataupun bayangan tentang kumpulan abjad yang apabila disatukan terbaca "A-b-r-i-a-n".
Rana akan mengejar mimpi duniawinya kembali, memberikan kasih sayang seutuhnya untuk orang-orang yang ia cintai, dan menemukan harapan baru. Rana akan membuktikan ia mampu bangkit tanpa ada sosok pria itu didalam kehidupannya.

Rana berapi-api kembali...
Hilang sudah air mata ini...
Senja kelabu sudah lewat...