Welcome to Malia Nafia Rahayu's blog

Blog is the right place for me to share my mind

Sunday, January 11, 2015

Wanita (lagi)

Ada yang duduk disudut ruangan dalam kegelapan menangisi kenyataan hidupnya. Ketika ia menginginkan kehidupan bahagia itu bersama dalam sebuah keluarga, orang-orang disekelilingnya tak bisa mendukungnya. Keinginan dan kebutuhan untuk hidup bersama sudah memuncak didalam hati. Pengalaman hidup sebelumnya menjadikan banyak pertimbangan dalam dirinya untuk menentukan pasangan hidupnya. Ketika orang yang dia anggap tepat itu datang, banyak pihak yang menghalang-halangi. Seribu doa telah terucap dari lisannya untuk memohon pasangan yang terbaik, namun demikian hingga saat ini jalan terang itu belum muncul juga.

Disudut lain ada pula yang sibuk dengan kehidupan karirnya. Segenap kemampuan ia kerahkan demi menyambut cemerlang karirnya di masa depan. Kesibukan membuatnya lupa pada permasalahan-permasalahan hidupnya, namun kegiatan keagamaannya hampir terlupakan. Kehidupan malam hampir lekat dengannya. Pasangan hidup tak menjadi hal penting baginya, yang ia inginkan hanya kehidupan bahagianya di dunia. Dekat dengan para penikmat dunia dan mengambil secercah kebahagiaan dari orang-orang disekelilingnya yang setiap hari selalu berganti

Disudut yang lainnya ada pula yang sedang asyik mengasuh anak-anak dirumah dan selalu siap menunggu sang suami dengan santapan-santapan yang lezat. Keluarga sederhana yang terpenuhi akan rasa kasih sayang ibu, ayah, maupun anak-anak. Kehidupan mereka tak sekaya wanita sebelumnya. Kehidupan mereka sederhana, secukupnya.

Sudut lainnya ada pula sesosok yang sedang asyik menikmati umur “bunga berkembang” dengan menebar harapan dan kebahagiaan. Hatinya selalu puas ketika mereka mampu menebar benih cinta dan banyak lelaki yang terperangkap didalamnya tanpa ada keseriusan. Tak ada kepastian darinya meski mungkin pihak lelaki tersebut menginginkan keseriusan.

Sudut lainnya ada sesosok bahagia, ceria, dan cerdas sedang duduk di kursi empuk kantornya dengan blazer dan rok bahan yang sepadan dengan warna make-up juga hijabnya. Setiap langkahnya mendapat keridoan dari pasangan hidupnya, saling mendukung, dan saling menyayangi. Lelah selalu menyapanya disetiap hari. Urusan rumah, buah hati, dan pasangan hidupnya menjadi tugas utamanya ditambah urusan kantor dan rekan bisnisnya. Semua ia jalani dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Baginya keduanya merupakan hal penting yang harus ia jalani. Tak sekedar hanya untuk membantu pasangan hidup dalam memenuhi kebutuhan tetapi juga sebagai saluran untuk mengaktualisasikan dirinya, setiap langkah ia memohon ridho pasangan hidupnya, memohon ridho para buah hatinya, juga orang tuanya. Kegiatan agamis tak ia lupakan, ia selalu berusaha menyeimbangkan semuanya agar selalu selamat dan lancar.

Disudut lainnya ada pula yang menikmati masa bunga mekarnya dengan aktualisasi diri yang begitu tinggi. Tebarkan prestasi tiada batas, membuat bahagia orang-orang disekelilingnya, meraih prestasi, meraih kehormatan diri, menjadi sesosok yang dielu-elukan oleh masyarakat, menjadi tokoh dalam agama, menjadi tokoh dalam kehidupan karirnya, bahagia jika melihat orang-orang disekelilingnya bahagia, menebar amal, dan membantu sesama. Pasangan hidup tak melulu memenuhi pikirannya. Sabar dan santai menjadi mottonya meski ia tak tahu banyak diluar sana yang menginginkan hidup bersamanya.


Secara hakiki, wanita menginginkan kebahagiaan, menginginkan kehidupan yang ideal bersama teman hidupnya, dapat membina kehidupan yang baik dengan buah hati dan orang-orang terkasih lainnya, mendapat dukungan dari orang terkasihnya dalam menjalani apa yang ia gemari. Berilah dukungan dan kasih sayang pada wanita. Tuntunlah mereka ke jalan yang baik dengan penuh kesabaran. 

Begitulah sekiranya pembukaan postingan ini. Sesungguhnya postingan ini aku dedikasikan untuk wanita hebat penuh ilmu yang menginspirasi diriku hingga dapat keluar dari dunia jahiliyah yang sempat menitikkan noda di hati. 

Wanita 28 tahun ini selalu memperhatikan setiap wanita yang tinggal di asrama ini. Memang itulah tugasnya, mengingatkan yang lupa. Namun tugasnya inilah yang membuat setiap orang selalu berhati-hati jika berada di hadapannya. Jika terlihat "aneh" menurutnya, maka jangan kaget kalau ia akan menghampirimu sambil menyinggung keanehanmu itu. Mba Nila aku memanggilnya. Seorang wanita agamis yang selalu memperjuangkan kebenaran. Aku tidak terlalu dekat dengannya. Yang aku tahu, aku harus berhati-hati jika dekat dengannya. Karena ia selalu memperhatikanku dari ujung kepala sampai ujung kaki, jika ada yang terlihat aneh menurutnya, ia tak segan-segan segera menegur/ menasehatiku dengan berbagai macam cara. Oleh karena itu, aku menjaga jarak dengannya. Kurang lebih selama 2 tahun aku menghindarinya, meski demikian, dalam 2 tahun itu aku pernah beberapa kali mendapat teguran darinya. Aku tak mau merisaukannya. Bagiku ini adalah hidupku, cara berpakaian, cara bergaulku, caraku membagi waktu, it's all fully mine. Ga berhak orang lain mengaturku.

Gaya hidupku yang masih berstatus mahasiswa "aktif" memang membuat hampir seluruh orang di asrama ini menaruh perhatian lebih padaku. Sudah jadi rahasia umum bahwa aku sering pulang larut malam dan melanggar jam malam di asrama, berpakaian agak-agak menyimpang (meski menurutku itu masih dalam track syariahnya). Sampai-sampai ku dengar bahwa Mba Nila ini punya sebutan khusus untukku "si wanita karir". Yang terpenting bagiku, aku mampu menjalankan kewajibanku di asrama ini. Aku tak merugikan siapa-siapa, soo jangan ganggu kehidupanku !. Setiap orang punya pilihan hidupnya masing-masing.

Seiring berjalannya waktu, aku menjadi dekat dengan Mba Nila. Didasari atas kebutuhan, aku rela mendekatkan diri padanya. Aku ingin agar temanku bisa ikut tertular ilmu agamanya. Karena saat itu posisiku belum cukup bisa untuk mengajarkan ilmu agama dengan baik. Dari situlah aku mulai sering bertukar cerita dengannya. Dia pun aku ajari ilmu bisnis dan inspirasi lainnya yang membuat ia semangat kembali. Aku tak faham mengapa, beliau sering terlihat lesu dan tidak semangat dalam menjalani hidup, terlihat sering memiliki kantung mata yg besar hampir setiap pagi. Diam-diam, dia sering menasehatiku dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang seperti seorang ibu pada anaknya. Mba Nila memang sudah pantas menjadi seorang ibu. Aku pun terpana dengan caranya menasehatiku. Sampai aku menyadari bahwa apa yang kulakukan selama ini adalah suatu hal yang tidak sesuai dengan aturan agama.

Hatiku mulai terbuka pada nasihat-nasihatnya. Jam kuliahku yang sudah mulai tidak penuh membuatku lebih sering menyibukkan diri di asrama. Aku mulai nyaman dengan Mba Nila. Dia tak banyak menegurku, entah karena pribadiku yang defensive atau memang ini adalah caranya untuk membuatku nyaman dengannya. Sampai tibanya aku ingin dijodohi oleh ibuku namun aku ingin menolaknya, saat aku menyukai seorang di asrama itu, beliau lah yang mendengar dan menasehatiku. Aku menemani hari-harinya. Hampir setiap pagi aku membuatkan sarapan untuknya dan melihat wajah cerianya saat aku membawa sepiring nasi goreng spesial untuknya.

Lambat laun, wanita ini selalu memberi dukungan atas apa yang kujalani, dia tidak menyuruhku untuk berhenti berorganisasi, asalkan aku sadar kewajibanku. Beliau menemaniku menyusun laporan skripsi, menemaniku saat aku akan bimbingan skripsi dengan dosen pembimbingku, menemaniku ke perpustakaan mencari bahan penelitian. Beliau sungguh seperti ibu bagiku. Hingga akhirnya aku tahu cerita kehidupannya yang sesungguhnya. Aku sungguh menyesal pernah menghindari atau bahkan pernah sebal dengannya. Dibalik kantung matanya yang membesar tersirat cerita sendu hidupnya yang akan membuat semua orang terhenyap dalam ampunan maaf padanya. Cerita cinta lamanya membuat ia takut untuk menjalani hidup berpasangan. Delapan bulan kehidupannya di tujuh tahun yang lalu menjadikan pelajaran baginya agar lebih berhati-hati dalam memilih pasangan hidup. Delapan bulan itu sungguh membuatnya takut dengan sesosok laki-laki. Delapan bulan yang penuh pakasaan, kekasaran, dan tekanan. Namun demikian, ia tetap menjalaninya dengan kesabaran. Sungguh besar deritanya di delapan bulan itu. Aku tak pernah membayangkannya ada wanita sesuci itu yang harus di qodar buruk. Aku tak dapat menceritakannya. Yang jelas, cerita kehidupannya itu menjadikan diriku yakin bahwa dalam memilih seorang pasangan hidup, benar-benar kita harus mengenalnya. Maklum saja, dia akan hidup bersama kita puluhan tahun lamanya.

Mba Nila, sesosok wanita tegar kedua setelah bundaku. Beliau selalu memanjatkan doa pada yang Maha Kuasa di pagi, sore, bahkan tengah mala, menitikkan air mata pada munajat doanya. Memohon jodoh terbaiknya segera datang dan menuntunnya dalam cahaya kehidupan yang lebih terang.

Wanita harus tegar dalam menjalani kehidupannya...
Bahkan saat ia harus ditinggal pergi pasangan hidupnya...

Hanya ada 1 harapan dalam hati, semoga kita mendapat pasangan yang dapat mensupport kehidupan dunia dan akhirat kita, membimbing kita ke jalan yang baik, mampu menopang kita untuk mengarungi kehidupan ini, dan saling memahami satu sama lain.

No comments:

Post a Comment