Welcome to Malia Nafia Rahayu's blog

Blog is the right place for me to share my mind

Friday, February 10, 2012

Kehilangan..


Sekarang gue sadar dan sangat sadar bahwa gue telah kehilangan dia. Ya, mala mini setelah gue makan malem bareng sahabat lama gue, Tia, sahabat gue dari kecil, dan gue selalu cerita apapun ke dia termasuk mengenai (kita sebut saja Bram). Yup, sejak awal gue dekat sama Bram, gue selalu cerita ke dia. Gue menceritakan semuanya secara detail, tidak hanya bagaimana kita bisa dekat tetapi juga perkembangan dari hubungan kami, apa visi, misi, dan tujuan gue. Ketika proses tersebut terjadi mungkin gue ga cerita pada Tia. Yup, jarak jauh antara gue dan Tia. Gue yang sibuk kuliah, kegiatan kampus, organisasi, maupun kegiatan-kegiatan di PPM selalu ga ada waktu untuk menceritakan prose situ secara panjang lebar pada Tia, karena ia juga sibuk, sibuk gawe dari pagi sampe malem, maklum kerja di Jakarta yang macet sangat memakan waktu.

Harus gue akui, dari awal gue menjalin hubungan dengan Bram adalah untuk menuntun dia supaya berada di jalan yang sama seperti gue. Gue investasikan waktu, harta, dan tenaga gue untuk mengajari hadist pada dia, untuk membela agama Alloh. Gue selalu sabar dan membuat dia senyaman mungkin untuk mau mengikutinya, awalnya dia sangat antusias, semangat, dan hasilnya lebih dari target yang gue inginkan. Setelah kami pisah, aku ke Bandung dan ia ke Semarang, kami masih tetap lanjut, aku masih sering memangkuli hadist pada dia meski via telepon. Dia masih semangat dan antusias. Dia selalu mengajari orang tuanya ataupun temannnya tentang ilmu yang baru saja ia kaji dari gue, pengamalannya 100 lah hehe.

Tak dipungkiri, gue semakin sibuk dengan kuliah, organisasi, kegiatan kampus, maupun kegiatan di PPM sehingga gue ga ada waktu untuk memangkuli dia lagi. Ini udah gue bayangin pasti bakal terjadi, makanya sebelum kami pisah gue udah nyari alamat tempat dia bisa ngaji disana, gue udah dapet CP dan alamat lengkapnya. Alhasil, gue desaklah dia untuk menghubungi CP tersebut, gue bilang itu temen deket gue biar dia percaya, dan dia mau. Gue juga bilang supaya dia mendatangi alamat tersebut, namun ada aja alasannya. Dia bilang itu jauh banget lah, jarang dilalui angkot. Padahal jelas” dia bisa pinjem motor temennya ataupun kalo ga mau kesana, gue udah bilang bahwa temen gue ini bersedia untuk datang ke kosannya, tapi dia ga mau. What? Gue udah usaha sejauh ini tapi dia ga mau, dia belum bisa membuka hati dia untuk mau menjadi seperti gue. Perlu diketahui, gue udah nunggu dia 1 bulan, 2, 3, bahkan 4 bulan berharap agar dia mau membuka hatinya untuk mengikuti saran gue, berubah menjadi seperti diriku, kea rah yg lebih baik. Tapi hasilnya 0.

Akhirnya, gue yg udah ga tahan dengan sikap dia yg menentu seperti itu memutuskan hubungan kami. Alasannya, aku sayang keluarga, keluargaku ga mungkin menerima orang yg ga seperti kami. Aku sudah berusaha membuat kamu untuk seperti kami, namun terlihat jelas bahwa dirimu menutup diri dan tidak mau, akupun sudah menunggumu sampai 4 bulan penuh kesabaran tinggi dan menggugah rasa haruku. Terjatuh dan terbangun berkali-kali aku rasakan, doaku selalu terlantun untukmu disetiap ibadahku, harapan kecil itu selalu ada. Namun kaupun tak kunjung membuka hatimu.

Malam ini aku menceritakan semuanya di restoran yang pernah aku dan Bram datangi sehingga mengingatkanku kembali padanya, aku masih ingat betul dimana kami duduk ketika itu. Kami sempat ditawari oleh pelayan restoran tersebut untuk duduk di tempat yg dulu aku dan Bram tempati, namun kami menolak, aku khususnya tidak mau karena pasti akan sangat mengingatkanku padanya. Aku menceritakan tentang proses yg belum pernah aku ceritakan pada Tia, karena jarak kami yg jauh, kini ketika aku pulang, aku bertemu kembali dan bercerita seperti layaknya 2 sahabat yg merindu, yg memiliki banyak cerita yg ingin ditumpahkan saat itu juga. Tia berkata,

‘Coba kalo lo samperin dia ke Semarang, lo kenalin dan lo temuin si Bram dengan teman lo itu, pasti dia mau, kali aja dia bakal nyaman dan mau berubah’. Perkataan ini sangat menggugah hatiku. Yap, dulu aku sempat punya planning seperti itu, namun emosi yg membara karena ia tidak mau membuka hatinya, membuatku mengurungkan niat kecil itu.

‘Lo kan udah ngajarin dia kitab solah 22 halaman, dia udah mempraktekkan di kehidupan sehari-harinya, bahkan dia juga ngajarin orang tuanya. Nanggung banget, lo udah setengah jalan kayak gini malah ditinggal’.

 Zep, perkataan Tia menusuk hatiku, bener sih gue emang udah setengah jalan.
‘Investasi waktu, harta, dan tenaga sudah gue lakukan, masa lo mau mundur sampe disini sih maleoooo’ kataku dalam hati.

Sampai saat ini pun gue masih mendoakan dia tiap gue ibadah, meskuipun gue tau gimana kabar dia sekarang, dia kembali ga bener lagi, seperti dahulu sebelum bersama gue. Dia sudah kembali pada dunianya yang dulu. Sulit untuk diriku untuk mengubahnya kini. Dan sekarang aku merasa kehilangan dia. Rasanya, semua mimpi yg udah gue rancang, hanyalah mimpi, tak ada kelanjutannya, tak ada konsistensi, tak ada realisasi.

Di malam ini, aku hanya bisa berharap semoga dia mendapat jalan untuk kembali seperti dulu lagi. Aku tidak akan memaksamu. Biarkan dirimu beraktualisasi semaumu sampai kau berpikir dan tersadar bahwa yang kau butuhkan adalah jalan yang dahulu aku tawari, jalan yg dahulu aku ajak, jalan yang pernah engkau lalui meski baru setapak.



Bram, harus kau ketahui, sebenarnya kau adalah anak yang baik, anak kebanggaan mama papamu, anak penerus keluarga, anak yg berbakti pada kedua orang tua, anak harapan. Jalanilah hari-harimu, raihlah prestasi untuk hidupmu yang lebih baik, jauhi kehidupan burukmu yg terdahulu, bukalah matamu, lihat realita hidup ini. Aku tahu, suatu hari nanti kau pasti akan sadar, akan sadar dan mencariku untuk mendapatkan jalan itu kembali. Kau akan sadar …


2 comments: